Manajemen sekolah adalah kunci sukses siswa, tapi kualitas kepala sekolah di indonesia meragukan
- Select a language for the TTS:
- Indonesian Female
- Indonesian Male
- Language selected: (auto detect) - ID

Play all audios:

Meskipun terdapat banyak faktor, berbagai studi yang dilakukan satu dekade belakangan menunjukkan bahwa kepemimpinan di level sekolah adalah salah satu faktor yang paling signifikan dalam
mempengaruhi kinerja siswa. Tim peneliti dari _Stanford University_, Amerika Serikat, yang mengobservasi 1.800 sekolah di tujuh negara termasuk Brasil dan India, menemukan bahwa perbedaan
antara sekolah dengan performa tinggi dan rendah hampir 50%-nya sendiri ditentukan oleh kualitas dan kebijakan dari kepala sekolah. Sayangnya, di Indonesia sendiri hingga kini peran kepala
sekolah masih dianggap sekadar pekerjaan administratif dan kebanyakan tidak terlibat dalam upaya perbaikan kualitas pengajaran. Daniel Suryadarma, anggota tim penelitian SMERU yang
mengobservasi 20 sekolah dasar dan 5 madrasah di Karawang mendapati hanya terdapat persentase kecil pimpinan sekolah yang memiliki semangat membenahi pembelajaran siswa. “60% lebih dari 25
kepala sekolah menyatakan target mereka adalah memastikan bahwa siswa kelas 6 memiliki nilai ujian yang baik,” katanya. “Hanya 20% yang bertujuan meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar di sekolah mereka. Ini salah satu _gap_ [celah] yang sangat kontras di mata kami.” tambahnya. Sangat sedikit dari kepala sekolah tersebut - hanya 26% - yang berinisiatif mengamati
proses belajar di dalam kelas, setidaknya sekali dalam satu bulan. Ironisnya, tim SMERU juga menemukan bahwa mayoritas kepala sekolah sudah merasa puas dengan kinerja guru-guru yang
tergolong buruk – 2,5 dari 8,0 berdasarkan instrumen SMERU. Sebuah acara diskusi bulan lalu berjudul “_Tantangan mengembangkan leadership kepala sekolah untuk atasi krisis belajar_” di
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berupaya untuk menjawab permasalahan ini. Sejumlah peneliti dan pemerhati pendidikan yang hadir menyampaikan hasil studinya mengenai kondisi kepala
sekolah di Indonesia dan langkah apa saja yang bisa diambil untuk mengejar ketertinggalannya. TIDAK “BAIK-BAIK SAJA” Yayasan Inisiatif Kepemimpinan Pendidikan Untuk Raih Prestasi (INSPIRASI)
adalah salah satu organisasi yang hadir berupaya untuk memperbaiki kondisi kepemimpinan sekolah di Indonesia. Berbicara pada acara diskusi tersebut, Cici Wanita, manajer dari program kepala
sekolah yang diusung INSPIRASI, menyerukan pentingnya proses pendampingan terhadap pimpinan sekolah. “Setelah kita lihat riset SMERU, yang terjadi ternyata skor guru yang dipimpin kepala
sekolah, efektivitas mengajarnya hanya 2,5 dari 8. Ini tidak sinkron dengan kepuasan mereka. Kenapa hanya _segini_ skornya?” katanya. “Pimpinan sekolah perlu memahami, sekolah mereka tidak
baik-baik saja.” Menindaklanjuti riset dari Daniel dan timnya, INSPIRASI menerjunkan langsung tim ahli dan peneliti mereka ke 25 sekolah dan madrasah yang diteliti oleh SMERU. Tim tersebut
mendampingi dan membekali kepala sekolah untuk dapat mengidentifikasi masalah di sekolah mereka dan menyusun solusi mereka sendiri. “Ada satu kepala sekolah yang meminta tiap gurunya untuk
mencari satu metode pembelajaran, lalu menguji coba yang paling baik,” ungkap Cici. “Ada refleksi dengan video, misal beberapa gurunya direkam lalu ditonton bersama dan dibedah teknik
mengajarnya.” “Mungkin tidak _fancy_ [mewah], tapi kita percaya mereka harus mulai dari apa yang mereka bisa, dan esensinya mereka adalah menjawab permasalahan di sekolah,” tambah Cici.
Tahap satu dari program ini - yang fokus pada membangun kesadaran kepala sekolah - telah dilaksanakan dari Juli hingga Desember 2019. Mulai tahun ini, INSPIRASI akan fokus pada tahap dua dan
tiga yang fokus pada supervisi akademik dan juga perencanaan program sekolah yang efektif. Kepala sekolah yang dibina juga akan bertambah menjadi 75 sekolah. ------------------------- _
READ MORE: RISET TUNJUKKAN INDONESIA KEKURANGAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI DAERAH YANG EFEKTIF _ ------------------------- PELAJARAN DARI LUAR NEGERI: HARUS CAKAP MEMIMPIN GURU Sameer Sampat,
seorang peneliti pendiri organisasi pendidikan _Global School Leaders_ (GSL) yang juga hadir pada acara diskusi menceritakan beberapa inisiatif yang dilakukan organisasinya di negara lain
dalam memperbaiki kualitas kepala sekolah. Di India misalnya, organisasinya menjalankan Institut Kepemimpinan Sekolah India (ISLI) yang telah melatih 600 kepala sekolah di lima kota sejak
2012. Organisasinya juga menginisiasi program serupa di Kenya yang mendampingi lebih dari 70 kepala sekolah mulai tahun 2019. “Kita menemukan beberapa karakter kunci yang harus dimiliki
kepala sekolah yang baik, yang benar-benar bisa meningkatkan performa siswa,” kata Sameer. “Pertama, mereka fokus pada inisiatif yang meningkatkan proses pembelajaran. Kedua, mereka harus
benar-benar cakap dalam memimpin dan mengarahkan guru lain.” Inisiatifnya di India, melihat kenaikan persentase siswa - dari 19% menjadi 29% - yang memiliki capaian matematika dan sains di
atas rata-rata, setelah intervensi ini dilakukan. Edi Subkhan, dosen teknologi pendidikan di Universitas Negeri Semarang yang dihubungi secara terpisah oleh _The Conversation_ mendukung
upaya peningkatan kapasitas pemberian umpan balik antara kepala sekolah dan guru. “Untuk bisa menghasilkan komunitas belajar yang bagus di level sekolah, sekolah itu sendiri justru yang
harus jadi komunitas belajar. Pimpinannya belajar, gurunya belajar, siswanya belajar, semua belajar bersama,” katanya. “Berarti apa? Perlu visi kepala sekolah yang memang terbuka dan jauh ke
depan untuk mewujudkannya.” ------------------------- _ READ MORE: VISI #MERDEKABELAJAR MENTERI NADIEM HARUS DIIKUTI DENGAN PERBAIKAN KUALITAS GURU _ -------------------------